Ekonomi - Pasar saham global mengalami ketidakstabilan pada Kamis (22/8) menjelang pidato Ketua Federal Reserve (The Fed) AS, Jerome Powell, yang dinantikan oleh para investor dengan harapan adanya petunjuk mengenai penurunan suku bunga.
Ketegangan di kalangan investor meningkat menjelang pertemuan tahunan para gubernur bank sentral di Jackson Hole, Wyoming, di mana Powell dijadwalkan untuk berbicara pada Jumat ini. Para pelaku pasar berharap Powell akan memberikan sinyal-sinyal baru mengenai rencana kebijakan moneter The Fed, terutama terkait kemungkinan penurunan suku bunga pada September.
Ipek Ozkardeskaya, analis senior di Swissquote Bank, mengungkapkan bahwa "Pasar tengah bersiap akan adanya kemungkinan turbulensi pada hari Jumat," kata Ozkardeskaya seperti dikutip dari AFP.
Harapan terhadap penurunan suku bunga menguat setelah notulensi dari pertemuan kebijakan The Fed pada Juli lalu dirilis pada Rabu (21/8). Notulensi tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar anggota The Fed menganggap penurunan suku bunga pada bulan September sebagai keputusan yang “tepat.”
Optimisme investor juga didukung oleh data tenaga kerja AS yang menunjukkan peningkatan penyerapan tenaga kerja lebih tinggi dari perkiraan. Para pemberi kerja di AS dilaporkan telah menambah sekitar 68.000 pekerjaan lebih banyak setiap bulannya pada tahun ini hingga Maret, dibandingkan dengan estimasi sebelumnya.
Namun, data terbaru yang dirilis pada Kamis (22/8) menunjukkan peningkatan klaim tunjangan pengangguran awal sebanyak 4.000, sebuah perkembangan yang dinilai tidak terlalu signifikan oleh analis dan tidak akan mempengaruhi ekspektasi pasar terkait penurunan suku bunga. Patrick O'Hare, analis di Briefing.com, mengatakan bahwa "peningkatan ini tidak akan mengubah pandangan pasar mengenai penurunan suku bunga."
Sementara itu, kondisi pasar tenaga kerja yang tetap kuat, dikombinasikan dengan inflasi yang mulai melambat, memberikan ruang bagi The Fed untuk mempertimbangkan penurunan suku bunga, yang telah mencapai level tertingginya dalam 23 tahun terakhir, sebagai upaya menekan inflasi.
Namun, ketidakpastian masih membayangi keputusan The Fed terkait besaran pemangkasan suku bunga. Banyak analis memperkirakan penurunan sebesar 25 basis poin pada September, dengan kemungkinan total penurunan mencapai 100 basis poin hingga akhir tahun.
Menjelang pidato Powell, sebagian investor memilih untuk mengurangi posisi beli mereka. "Para investor memangkas posisi beli jelang pidato Powell hari Jumat, dengan ekspektasi bahwa Ketua The Fed kemungkinan akan mengisyaratkan penurunan suku bunga pada bulan September, meskipun dengan laju yang moderat," kata Ozkardeskaya.
Meskipun demikian, pandangan optimis Powell terhadap ekonomi AS dapat memperkuat ekspektasi bahwa negara tersebut akan terhindar dari resesi. Namun, ini juga bisa berarti penurunan suku bunga yang lebih kecil dari yang diharapkan, yang dapat mempengaruhi nilai dolar dalam jangka pendek.
Meskipun inflasi AS telah menunjukkan tanda-tanda pelambatan, masih ada kekhawatiran di kalangan pejabat The Fed mengenai penurunan suku bunga yang terlalu cepat. Gubernur The Fed Michelle Bowman menyatakan, "Inflasi masih berada di atas target komite sebesar 2%." Bowman juga menekankan perlunya kehati-hatian dalam membuat keputusan kebijakan moneter.
Di tengah ketidakpastian ini, para trader kontrak berjangka semakin yakin bahwa penurunan suku bunga akan terjadi pada pertemuan The Fed bulan September. Namun, mereka berbeda pendapat mengenai seberapa besar pemangkasan pertama ini.
Brian Moynihan, CEO Bank of America, mengingatkan bahwa jika The Fed tidak segera memangkas suku bunga, hal itu bisa mengecewakan konsumen AS. "Ketika konsumen Amerika benar-benar mulai pesimis, maka sulit untuk meyakinkan mereka kembali," kata Moynihan dalam sebuah wawancara.
Pasar saham global telah mengalami penurunan tajam dalam beberapa pekan terakhir, dipicu oleh kekhawatiran akan perlambatan ekonomi AS. Pada Senin (5/8), mayoritas saham di Wall Street mengalami penurunan tajam, dengan Indeks Nasdaq Composite yang didominasi perusahaan teknologi anjlok lebih dari 6% pada awal perdagangan. Indeks S&P 500 dan Dow Jones juga mengalami penurunan signifikan.
Penurunan tajam ini telah memicu kekhawatiran bahwa The Fed mungkin harus memangkas suku bunga dalam pertemuan darurat sebelum jadwal yang dijadwalkan pada 18 September. Namun, keputusan untuk melakukan pemangkasan sebelum pertemuan resmi dinilai tidak mungkin terjadi.
Di tengah ketidakpastian ekonomi ini, para ekonom masih memperdebatkan kemungkinan terjadinya resesi dalam beberapa bulan ke depan. David Mericle, ekonom di Goldman Sachs, memperkirakan bahwa kemungkinan resesi meningkat menjadi 25% dari sebelumnya 15%.
Sementara itu, di pasar saham, beberapa indeks utama AS mencatatkan kenaikan pada Kamis (22/8), didorong oleh ekspektasi penurunan suku bunga. Indeks S&P 500 naik sekitar 1,15%, sementara Dow Jones Industrial Average naik sekitar 1,14%. Nasdaq Composite, yang dipenuhi saham teknologi, memimpin kenaikan dengan lonjakan sekitar 1,47%.
Ketua The Fed, Jerome Powell, mengisyaratkan bahwa waktu untuk mulai menurunkan suku bunga telah tiba. "Sudah waktunya bagi kebijakan untuk menyesuaikan diri," ujar Powell pada simposium ekonomi tahunan Kansas City Fed.
Dengan ketidakpastian yang masih tinggi, pasar global kini menunggu langkah selanjutnya dari The Fed, yang akan sangat menentukan arah perekonomian AS dalam beberapa bulan mendatang.***
Tags
Ekonomi