Ekonomi - Pada Selasa, 20 Agustus 2024, nilai tukar rupiah menunjukkan penguatan signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Kurs rupiah spot ditutup di level Rp15.436 per dolar AS, menguat 0,73% dari penutupan hari sebelumnya. Ini menandai penguatan berturut-turut selama sembilan hari perdagangan dan melanjutkan tren positif sejak awal Agustus dengan penguatan sebesar 5,07% secara month-to-date.
Penguatan rupiah ini memberikan dampak positif bagi sektor-sektor tertentu dan memunculkan tantangan baru bagi sektor lainnya. Peningkatan nilai tukar rupiah yang kini berada di level terkuatnya sejak awal tahun ini dapat mempengaruhi berbagai aspek ekonomi domestik.
Dampak Penguatan Rupiah Terhadap Sektor-sektor Ekonomi
Menurut Kepala Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi, penguatan rupiah berpotensi memberikan manfaat bagi emiten yang berorientasi pada impor.
"Angin segar dari penguatan rupiah ini bakal berhembus ke sektor konsumer primer, industri, dan perbankan," ujarnya.
Hal ini terjadi karena penguatan rupiah menurunkan biaya impor, yang pada gilirannya dapat meningkatkan stabilitas ekonomi dan mendorong pertumbuhan kredit.
Namun, sektor yang berorientasi pada ekspor mungkin mengalami dampak negatif. Bagi emiten yang fokus pada ekspor, seperti di sektor tekstil dan perkebunan, penguatan rupiah menjadikan produk ekspor lebih mahal, sehingga bisa mengurangi daya saing di pasar internasional.
Audi juga menyoroti bahwa sektor pertambangan dan energi akan menghadapi sentimen negatif akibat pelemahan indeks dolar AS, meskipun ada proyeksi penguatan menjelang akhir tahun melalui rotasi sektoral.
Direktur Infovesta Utama, Edbert Suryajaya, menambahkan bahwa sektor farmasi bisa menjadi salah satu pilihan investasi yang menarik di tengah penguatan rupiah. Sebaliknya, sektor komoditas seperti batubara dan minyak sawit mentah (CPO) mungkin akan mengalami tekanan negatif.
Menurutnya, rentang kurs yang ideal bagi para emiten saat ini bisa menyesuaikan dengan kondisi, tetapi posisi kurs rupiah di rentang Rp15.000 dianggap sudah tergolong ideal.
Sentimen Politik dan Ekonomi Domestik
Sentimen domestik juga memainkan peran penting dalam penguatan rupiah. Salah satu faktor utama adalah reshuffle kabinet yang dilaksanakan kemarin. Reshuffle tersebut melibatkan penggantian beberapa menteri kunci, termasuk Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly yang digantikan oleh Supratman Andi Agtas, serta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif yang digantikan oleh Bahlil Lahadalia.
Perubahan ini, yang mengubah posisi beberapa menteri dari orang-orang yang dekat dengan PDIP dan Megawati ke orang-orang yang dekat dengan Prabowo dan Jokowi, berpotensi memanaskan hubungan politik antar kubu. Kenaikan nilai tukar rupiah bisa dipengaruhi oleh optimisme pasar terkait stabilitas politik dan ekonomi domestik pasca reshuffle.
Selain itu, pasar juga menantikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI), yang sedang berlangsung dari Selasa hingga Rabu, 21 Agustus 2024. Salah satu fokus utama dari RDG ini adalah keputusan BI terkait suku bunga.
Pasar sangat menantikan apakah BI akan mengikuti langkah Federal Reserve AS dalam melakukan pemangkasan suku bunga pada pertemuan mendatang. Pemangkasan suku bunga diharapkan dapat mendongkrak kredit dan pertumbuhan ekonomi Indonesia setelah sebelumnya BI menaikkan suku bunga sebesar 275 basis poin pada Agustus 2024 dari 3,5% menjadi 6,25%.
Pengaruh Suku Bunga Global dan Sentimen Internasional
Sentimen global juga turut mempengaruhi penguatan rupiah. Indeks dolar AS (DXY) mengalami pelemahan sebesar 0,07% menjadi 101,812, berkontribusi pada penguatan mata uang Asia termasuk rupiah.
Menurut pengamat komoditas dan mata uang Lukman Leong, "Rupiah akan kembali menguat terhadap dolar AS setelah rilis data Leading Economic Index (LEI) yang melemah."
Dolar AS melanjutkan pelemahan setelah data aktivitas ekonomi ke depan yang sangat lemah, dan diperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp15.500 sampai Rp15.600 per dolar AS pada hari ini.
Dari sisi internasional, Bank Sentral China (People's Bank of China/PBoC) mengumumkan suku bunga acuan pinjaman (loan prime rate/LPR) satu tahun dan lima tahun yang tetap tidak berubah dari periode sebelumnya. LPR tahunan tetap di angka 3,35%, dan LPR untuk lima tahun tetap di angka 3,85%. Stabilitas suku bunga di China turut mempengaruhi pasar global, termasuk nilai tukar rupiah.
Kurs Rupiah dan Pergerakan Mata Uang Global
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa meningkat ke level Rp15.480 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.591 per dolar AS. Meskipun mata uang Asia secara umum menunjukkan penguatan, seperti baht Thailand (+0,30%), dolar Hong Kong (+0,03%), dan yuan China (+0,28%), pergerakan mata uang utama negara maju bervariasi. Poundsterling Inggris naik 0,01%, euro Eropa +0,02%, franc Swiss +0,22%, sementara dolar Australia turun 0,01% dan dolar Kanada naik 0,01%.
Analis Bank Woori Saudara Rully Nova mengatakan bahwa penguatan rupiah juga dipengaruhi oleh optimisme pelaku pasar terhadap ekonomi AS yang berimbas pada peningkatan aktivitas pasar di saham dan obligasi, sehingga indeks dolar AS dan imbal hasil obligasi AS turun. Rully memproyeksikan kurs rupiah akan tetap menguat menjelang pengumuman hasil RDG Bank Indonesia pada Rabu.
Kesimpulan
Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terjadi pada Selasa, 20 Agustus 2024, mencerminkan dinamika kompleks yang melibatkan faktor domestik dan internasional. Dari dampak positif bagi sektor-sektor tertentu hingga tantangan bagi sektor ekspor, pengaruh reshuffle kabinet, serta sentimen global dan keputusan suku bunga, seluruh faktor ini memainkan peran penting dalam mengarahkan pergerakan mata uang.
Pelaku pasar dan pemangku kepentingan perlu terus memantau perkembangan ini untuk menyesuaikan strategi dan keputusan investasi mereka.***
Tags
Ekonomi