Ekonomi — Dalam pidatonya mengenai Rancangan Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2025, Presiden Joko Widodo memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,2% pada tahun 2025. Menanggapi proyeksi tersebut, Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara menilai angka tersebut sebagai indikasi pertumbuhan yang sangat baik dan resiliensi ekonomi Indonesia, terutama dalam konteks ketidakpastian ekonomi global saat ini.
“5,2% itu berarti pertumbuhan yang sangat baik, apalagi di tengah kondisi ekonomi dunia yang gejolaknya tinggi sekali. Kita lihat Amerika kemarin datanya cukup agak rendah ya penyerapan tenaga kerjanya. Tiongkok yang kemudian pertumbuhan ekonominya juga menurun bahkan sampai di bawah 5%, di 4,7%, dan belahan dunia yang lain juga masih mencari bentuk. Kondisi geopolitiknya, perang Rusia-Ukraina masih berlanjut, di Timur Tengah masih berlanjut,” ungkap Wamenkeu Suahasil Nazara dalam Program Laporan Khusus di Kompas TV, Jumat, 16 Agustus 2024.
Menurut Wamenkeu, angka pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan untuk tahun 2025 didasarkan pada hasil pertumbuhan tahun yang sedang berjalan. Data pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2024 menunjukkan angka 5,11%, sementara pada kuartal kedua 2024, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan sebesar 5,05%.
“Berarti di kedua kuarter itu menjadi basis yang baik untuk tahun depan. Karena itu, tahun depan kita di dalam membuat RAPBN tahun 2025 kita menggunakan angka 5,2%, tadi yang disampaikan oleh Bapak Presiden,” jelas Wamenkeu.
Di tengah ketidakpastian global, seperti ketegangan geopolitik dan fluktuasi ekonomi di negara-negara besar, Wamenkeu menekankan pentingnya kegiatan ekonomi domestik dalam mencapai target pertumbuhan tersebut.
“Tiongkok itu partner dagang utama kita. Amerika Serikat itu perekonomian terbesar di dunia. Lalu juga tempat kita mengekspor banyak itu Eropa. Nah, kalau kondisi dunianya sedang dalam perubahan gejolak, maka tadi Bapak Presiden juga menyampaikan pertumbuhan ekonomi kita nanti utamanya akan berbasiskan kegiatan ekonomi domestik,” ujar Wamenkeu.
Pemerintah, menurut Wamenkeu, akan fokus pada penguatan daya beli masyarakat sebagai salah satu strategi untuk menjaga stabilitas ekonomi domestik. Konsumsi masyarakat berkontribusi besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, mencapai 55%. Untuk menjaga daya beli masyarakat, pemerintah akan melanjutkan program-program bantuan sosial dan perlindungan sosial yang ada serta memperkenalkan program-program baru sesuai dengan arahan Presiden Jokowi.
“Maka itu, untuk daya beli terjaga, bantuan sosial, perlindungan sosial, dan berbagai macam program yang dirancang, baik sebagai kelanjutan dari program-program tahun ini maupun program-program baru yang tahun ini maupun program-program baru yang tadi juga disebut oleh Bapak Presiden Jokowi,” pungkas Wamenkeu.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% untuk tahun 2025 mencerminkan optimisme pemerintah dalam menghadapi tantangan global dan memastikan keberlanjutan ekonomi domestik. Dengan adanya dukungan kebijakan yang terarah dan program-program perlindungan sosial, pemerintah berharap dapat menjaga stabilitas ekonomi dan mendorong pertumbuhan yang inklusif serta berkelanjutan.
Presiden Jokowi dalam pidatonya menekankan bahwa APBN 2025 harus dirancang untuk menghadapi berbagai tantangan yang ada, serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Dalam konteks ini, pemerintah berkomitmen untuk memastikan bahwa kebijakan fiskal dan program-program sosial dapat diimplementasikan dengan efektif dan efisien.
Penting untuk dicatat bahwa meskipun proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan angka yang positif, pemerintah tetap harus waspada terhadap risiko dan ketidakpastian global yang dapat mempengaruhi perekonomian domestik. Dengan strategi yang tepat dan pengelolaan anggaran yang baik, diharapkan Indonesia dapat terus tumbuh dan berkembang di tengah gejolak ekonomi dunia.
Tags
Ekonomi