Economy — Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa Pulau Jawa tetap menjadi penyumbang terbesar produk domestik bruto (PDB) Indonesia, dengan kontribusi sebesar 57,04 persen pada triwulan II 2024. Perekonomian di wilayah ini masih didominasi oleh sektor manufaktur.
"Kita bicara pertumbuhan di Jawa dan Sumatera, Jawa yang manufaktur, Sumatera yang berbasis perkebunan," jelas Airlangga saat menjelaskan pertumbuhan ekonomi triwulan II 2024, Senin 5 Agustus 2024.
Secara keseluruhan, Airlangga menilai bahwa semua wilayah di Indonesia menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang kuat. Wilayah Maluku dan Papua mencatat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebesar 8,45 persen, Sulawesi sebesar 6,07 persen, dan Bali Nusra dengan PDRB sebesar 6,84 persen. Faktor pertambangan di Newmont atau di Amman turut berkontribusi terhadap pertumbuhan di Bali Nusra.
"Tentu Bali Nusra ini ada faktor juga dari faktor pertambangan di Newmont atau di Amman," imbuhnya.
Sementara di wilayah Kalimantan mencatat pertumbuhan PDRB sebesar 5,22 persen dan di sisi lain, wilayah Jawa mengalami pertumbuhan 4,92 persen, sedangkan Sumatera mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,48 persen.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,05 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada triwulan II 2024.
Besaran PDB atas dasar harga berlaku tercatat sebesar Rp5.536,5 triliun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan mencapai Rp3.231 triliun.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2024 bila dibandingkan triwulan II-2023 atau secara year-on-year (yoy) tumbuh 5,05 persen," ungkap Moh. Edy Mahmud, Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS di Jakarta.
Konsumsi rumah tangga menjadi sumber utam dari pertumbuhan yang ada, dengan kontribusi sebesar 2,62 persen. Peningkatan ini terutama dipicu oleh perayaan berbagai hari besar keagamaan, termasuk Idul Fitri, Waisak, Kenaikan Isa Al Masih, dan Idul Adha.
Sumber pertumbuhan terbesar berikutnya adalah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dengan kontribusi sebesar 1,32 persen, diikuti oleh konsumsi pemerintah 0,10 persen, dan net ekspor 0,25 persen. Seluruh komponen pengeluaran mengalami pertumbuhan positif, termasuk Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nonprofit yang Melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) yang tumbuh 9,98 persen dan berkontribusi sebesar 1,32 persen terhadap PDB secara keseluruhan.
Ekspor dan impor mencatatkan pertumbuhan yang signifikan, masing-masing sebesar 8,28 persen dan 8,57 persen. Kenaikan ekspor terutama didorong oleh peningkatan nilai dan volume ekspor produk migas dan nonmigas, sedangkan pertumbuhan impor dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan bahan baku dan barang penolong.
Secara keseluruhan, PMTB tumbuh 4,43 persen dan konsumsi pemerintah tumbuh 1,42 persen, menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia tetap berada di jalur yang positif meskipun menghadapi tantangan global.